Inside Kopi Gayo

Kisah Sejarah dan Kenikmatan Dibalik Secangkir Kopi Gayo.
Menuliskan kopi gayo, maka dalam segelas kopi arabika gayo ada sejarah panjang dari era pra kemerdekaan dan nilai sebuah rasa dan aroma. Betapa tidak, banyak pendapat tentang keberadaan kopi di Gayo.Gayo adalah sebuah lokasi Dataran Tinggi di tengah Aceh, dulu dinamai Negeri Antara, lebih dikenal dengan sebutan Takengon. Sejarah asal usul kopi di Dataran Tinggi Gayo bisa dilacak dari berbagai sumber. Seperti cerita turun temurun dari masyarakat atau yang berhasil dituliskan dari zaman ke zaman. Sejak Belanda hingga kini. Dalam buku C. Snouck Hurgronje , Gayo Masyarakat dan Kebudayaannya , Awal Abad ke-20, terjemahan Hatta Hasan Hasan Aman Asnah, terbitan Balai Pustaka, tahun 1996, Halaman 254, dituliskan, mengherankan, di tanah Gayo hampir dimana-mana kita jumpai batang kopi.Dari mana asalnya, seorangpun tidak ada yang tahu.Sepanjang ingatan, tidak seorangpun mengaku pernah menanam kopi (kawa atau sengkawa) dan menganggap tanaman ini tanaman liar. Apa yang dituliskan Snouck Hurgronje dalam buku tersebut, sama dengan yang diungkapkan Syawaluddin (kelahiran tahun 1935) , di Kampung Bebesen. Menurut Syawaluddin, mantan Gecik Bebesen, penduduk Takengon sudah mengenal kopi lokal yang disebutnya “Kupi Kolak Ulung” (robusta) sebagai minuman.Daun kopi robusta ini dipanggang kemudian dicampur air panas dengan gula terbuat dari aren (gula aren). Pendapat serupa juga dikatakan Abdulah Mongal (Abdullah M) . Abdullah M adalah mantan Kepala Kampung Mongal yang oleh warga disapa dengan sebutan Gecik Tue Mongal.Sebelum kedatangan Belanda yang membawa kopi arabika, warga Takengon sudah mengenal tanaman kopi robusta yang tumbuh liar dan tinggi . Pada tahun 1930, Belanda membuka Perkebunan kopi Belang Gele setelah melakukan pemetaan dan menyimpulkan lokasi paling ideal untuk tanaman kopi adalah di Belang Gele dan Bergendal. Di Belang Gele , Belanda bersama pekerja kebun dari Jawa membuka lahan seluas 125 hektar.Perkebuinan Belanda di Belang Gele dinamakan perkebunan “Wilhelmina Belang Gele “ yang ditulis pada bangunan perkebunan. Sepanjang tahun 1930 hingga lebih kurang tahun 1941, Belanda mengelola perkebunan kopi Belang Gele.Setelah Belanda hengkang karena masuknya Jepang, pengelolaan perkebunan Belang Gele beralih tangan kepada Jepang. Tidak banyak kisah perkebunan kopi ini selama Jepang menduduki Aceh Tengah karena Jepang sibuk mempersiapkan diri dalam perang. Pada tahun 1965, Kasim Aman Armia diminta untukmemperjuangkan meminta kepada pemerintah Pusat di Jakarta agar lahan Butni Bius juga dibebaskan untuk dibagikan. Namun usaha Kasim Aman Armia, bersama warga Burni Bies bernama Regena gagal sehingga hingga kini Perkebunan Burni Bius menjadi Perkebunan Daerah milik Pemda Aceh Tengah.Diluar perkebunan Belanda Belang Gele, kopi juga ditanam warga setempat. Warga menjual kopinya kepada toke keturunan China dan juga kepada Aman]Ditulisaowen, Belanda di tahun 1908 pertama sekali memperkenalkan kopi arabika diintroduksi ke Takengon. Ditanam pertama sekali di Utara Danau yang diyakini disekitar Paya Tumpi. Kemudian Belanda mengembangkan kawasan perkebunan lainnya yang dikelola sebagai tanaman komersial yang hasilnya dieksport keluar negeri bersama tanaman sayuran seperti kentang, teh dan getah pinus mercusi (terpentin).Selain Paya Tumpi, Belanda juga membuat lokasi perkebunan di Belang Gele yang berada pada ketinggian 1400 Dpl. Redines dan Bergendal hingga Blok C di Bandar Lampahan. Di Bergendal, Teritit Kacamatan Wih Pesam Bener Meriah, Belanda memiliki lahan sekitar 300 Ha. Hal ini diungkapkan Siti Kana, Inen Firdaus, warga Kampung Bergendal. Hingga saat ini masih bisa ditemukan bekas pabrik pengolahan kopi Belanda.
Nah, dibalik kisah sejarah panjang kopi gayo, ternyata tersimpan sebuah kenikmatan rasa dan aroma. Ini dibuktikan dengan sebagian besar produksi kopi gayo dieksport ke Luar negeri. Nikmatnya rasa dan aroma kopi gayo, diulas pakar citaras kopi gayo,Mahdi Usati. Mahdi Usati tergabung dalam Gayo Cuppers Team . Mahdi menilai kopi gayo masuk kelas spesialty.Dari berbagai uji citarasa yang pernah dilakukan Mahdi bersama timnya, GCT, menunjukkan bahwa arabika gayo memang sangat spesial. “Kopi asal-asalan saja memang sangat enak. Apalagi grade 1 dan yang spesialty”, kata Mahdi yang bekerja untuk sebuah perusahaan eksport kopi gayo.Kopi gayo sangat disukai konsumen Amerika , Jepang dan Erofa. Kopi gayo mempunyai aroma yang khas dengan perisa (flavor) yang komplek serta kekentalan (body) yang baik.13540291981444778579 Hasil Cupping kopi arabika gayo berjumlah antara 86-90. Menurut SCAA , asosiasi kopi spesialty Amerika , kopi dengan skor diatas 80 dikategorikan sebagai kopi spesialty. Kekkhasan kopi arabika gayo dipengaruhi banyak faktor. Wilayah Dataran Tinggi Gayo dimana kopi ini tumbuh tersembunyi diwilayah dereten pegunungan Bukit Barisan yang membentang Sumatera. Wilayah gayo berada di tengah Provinsi Aceh dengan ketinggian yang sangat ideal, yakni 1200 dpl serta dibagian Timur Kota Takengon, terbentang Danau Luttawar. Berada di tengah hutan tropis Sumatera dan bersinggungan dengan kawasan Ekosistim Leuser, membuat kawasan ini dijadikan penjajah Belanda sebagai kawasan peristirahatan dan perkebunan mereka. Kopi Arabika Gayo dikenal dengan rasa dan aroma yang kuat. Kaya akan varietas dan masuk kopi jenis spesialty Belanda menamai kopi sebagai “Tanaman Masa Depan”. Dan menyatakan masyarakat gayo sangat cepat menerima masuknya komoditi baru seperti kopi. Kawasan perkebunan kopi ini kemudian menjadi perkampungan baru yang berkembang baik hingga saat ini. Estimasi produksi kopi dari dua kabupaten gayo, Takengen dan Redlong berjumlah 65.625 ton pertahun. Sehingga kawasan perkebunan kopi gayo disebut sebagai lahan terluas untuk kopi arabika di Asia. 1354029333816679898[/caption] Selain kondisi geografis yang sangat mendukung optimalnya pertumbuhan serta rasa dan aroma kopi gayo, kesuburan tanah juga sangat mendukung ditambah berbagai varietas kopi gayo yang dimiliki. Bukan itu saja, petani kopi gayo juga mengolah panen kopi dengan cara yang tidak biasa dilakukan petani kopi di belahan dunia lainnya. Cara ini disebut semi washed (tidak cara basah dan kering). Metode ini sangat khas yang menghasilkan kopi mutu eksport. Menurut Mahdi Usati, kopi gayo jenis spesialty biasanya memiliki score (nilai) setelah di uji rasa diatas angka 85. “Padahal dengan score 83 saja , kopi sudah masuk kategori spesialty. Kopi gayo biasanya scorenya diatas angka ini”, imbuh Mahdi. Lebihlanjut disebutkan, hal ini yang membuat kopi gayo sangat disukai para pecandu kopi diberbagai belahan dunia. Menjawab kopi spesialty yang kini permintaannya terus meningkat dari gayo, Mahdi menyatakan banyak kriteria spesialty. “Kopi spesialty itu banyak ragamnya. Ada yang menjadi spesial karena tingginya score cupping . Ada yang spesialty karena cara penanganan atau pengolahannya serta sejumlah spesial lainnya”, jelas Mahdi. Saat ini luas tanaman kopi di dua kabupaten gayo memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia yaitu dengan luasan sekitar 94.800 hektar. Masing-masing di Kabupaten Aceh Tengah 48.000 hektare yang melibatkan petani sebanyak 33.000 kepala keluarga (KK), Bener Meriah 39.000 hektare (29.000 KK) dan 7.800 hektare di Kabupaten Gayo Lues dengan keterlibatan petani sebanyak 4.000 KK. Kopi gayo memang lebih populer dan dikenal di luar negeri. Kopi gayo di regional Aceh sendiri kurang dikenal .Termasuk di Sumatera. Baru akhir –akhir ini pasar kopi arabika gayo merambah Ibu Kota Provinsi Aceh yang dulu dikenal dengan sebutan “Koetardja”. 1354029748462030655[/caption] Perkebunan kopi rakyat gayo biasanya berada di perbukitan dan gunung. Dengan jenis kopi arabika gayo yang dikenal dengan Gayo 1 dan Gayo 2 Kopi gayo di Banda Aceh disajikan dengan cara moderen dengan menggunakan mesin espresso. Sementara penduduk gayo yang merantau ke berbagai daerah di Indonesia, selalu membawa atau dikirimi kopi gayo sebagai minuman mereka sehari-hari. Di Banda Aceh sendiri, penduduknya dikenal sebagai pecandu kopi kelas berat. Tak heran hal ini membuat Kota Banda Aceh dipenuhi ribuan Warkop tempat mangkal berbagai kalangan dari rakyat jelata hingga Gubernur Aceh.
Kopi yang ternama di Banda Aceh dikenal dengan sebutan Kopi Ulee Kareng, Solong dan sejumlah nama lainnya. Kopi Aceh berbasis robusta dengan berbagai campuran lain sehingga membentuk karakter rasa tersendiri yang disukai. Berbeda dengan Kopi gayo yang berbasis arabika dan murni tanpa bahan campuran apapun. Menurut Mustawalad , seorang pelaku bisnis kopi gayo, keistimewaan kopi gayo dan dihargai lebih mahal di pasar luar negeri karena memiliki lima sertifikat Internasional. Sertifikat itu antara lain Fair Trade , organik , Rain forest. dan lain-lain. ‘Saat ini, beberapa istilah gayo sudah populer di dunia perdagangan kopi Internasional. Seperti kopi asalan, Gayo Fair Trade dan Berizin yang berarti Terima kasih dalam bahasa gayo”, kata Mustawalad, Ketua Produser Fair Trade Indonesia. Seiring waktu, kini di Takengon dan Bener Meriah muncul cafe-cafe modern yang menjual kopi dengan seduhan mesin espresso atau coffee brewing lainnya, seperti moccapot, french press, vietnam drip dan lain-lain. Siapapun kini, bisa minum kopi terbaik Sumatera, kopi gayo diberbagai tempat di Takengon dan Bener Meriah. Minum kopi di tengah perkebunan kopi gayo.Surga bagi penikmat kopi berkelas dunia. Selain minum kopi, kini generasi muda gayo yang lahir dan besar dari kopi, sudah mulai mengolah kopi gayo. Tidak lagi menjual kopi beras (green bean), tapi sudah dalam kemasan alumunium foil, groun atau roasted bean arabica gayo . Bahkan seorang pengusaha kopi ternama di gayo, Haji Rasyid pernah berucap, berikan kami mesin roasting , maka kami akan harumkan gayo dengan aroma kopi terbaik.Jadi, dalam secangkir kopi , ada sejarah, kenikmatan , candu hingga anti oksidan.
( Diolah dari berbagai Sumber—ditulis 20 nov 2012 di Kompasiana ,Win Ruhdi Bathin)

Komentar

Postingan Populer